Sabtu, 09 Juni 2012

AGAR ANAK MENTAATI PERATURAN


Tidak ada hal yang lebih membingungkan anak selain peraturan yang setiap hari berubah. Sebagai contoh, Anda mengatakan kepada anak Anda bahwa kalau makan ia harus duduk di meja makan. Tapi, ketika dia makan makanan kecil sambil berlari-larian di dalam rumah, Anda tidak menegurnya. Keesokannya, ketika dia melakukan hal yang sama, Anda marah. Peristiwa seperti itu hanya akan membuatnya kebingungan.

Sebagai orang dewasa kita tahu bahwa suatu aturan ada karena memang ada alasanya. Makan di meja berarti mencegah makanan tercecer kemana-mana dan mengotori rumah. Larangan makan sambil jalan-jalan memang terasa tidak menyenangkan untuk anak yang tidak bisa diam. Lebih-lebih kalau dia juga melihat kakaknya jalan kesana kemari sambil makan biskuit dan minum minuman ringan, dan toh Anda diam saja. Dalam benak anak Anda akan berfikir, "Kalau kakak saya boleh, kenapa saya tidak boleh?" Atau "Hari ini Ibu tidak marah karena saya makan sambil jalan-jalan. Jadi, besok saya juga boleh makan sambil jalan-jalan."

Anak, dalam keluargacemara.com, dan sebetulnya juga orang dewasa, memang pada dasarnya tidak menyukai peraturan. Tapi mereka mau tahu, bagaimana yang sebenarnya, yang seharusnya. Ini tidak berarti Anda tidak bersifat fleksibel. Sering peraturan yang sudah ditetapkan dilanggar karena Anda dan anak-anak tahu ada sesuatu yang istimewa. Misalnya, anak Anda biasanya harus tidur jam delapan malam. Pada suatu hari, karena kedatangan tamu dari jauh Anda menjamu mereka, anak-anak diijinkan tidur jam sepuluh. Keesokan hari, boleh jadi anak Anda akan minta tidur larut lagi. Disinilah Anda harus bersikap tegas. Anda bisa berkata begini, "Ibu tahu, kamu ingin tidur larut malam lagi. Tapi kemarin malam itu adalah malam istimewa karena kita kedatangan tamu. Malam ini, kamu harus tidur seperti biasa. Lagi pula, besok kamu pasti akan ngantuk sekali kalau setiap hari tidur jam sepuluh."

Mereka mungkin akan protes. Tapi, anak-anak tetap perlu batasan.

Konsistensi menciptakan rasa damai di hati anak. Konsistensi juga memudahkan orang tua disaat menghadapi situasi yang sulit. Banyak orang tua mengeluh tak tahu anaknya mau diapakan lagi padahal semua cara sudah dicoba. Dalam hal ini, tidak jarang, kesalahan orang tua adalah mencoba terlalu banyak cara dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan cara dalam waktu singkat itu bisa ditangkap oleh anak-anak sebagai inkonsistensi. Sebagai contoh, untuk mengatasi anak yang suka ngamuk kalau marah, Anda mungkin mencoba dengan memukulnya, Esok harinya, Anda coba mengurungnya di kamar. Kali ini, Anda meneriakinya. Cobalah menggunakan strategi yang efektif dengan cara menerapkannya secara konsisten selama seminggu. Misalnya, setiap kali anak Anda ngamuk, Anda akan mengurungnya di kamar. Kali berikut, kalau dia mulai ngamuk lagi, katakan dengan tenang apa yang akan terjadi kalau dia ngamuk lagi. Anak akan belajar. Jadi, pertahankan peraturan ini.

Sikap tidak konsisten juga bisa terjadi antara ayah dan ibu. Ini harus dihindarkan. Anak bisa mencoba-coba memggunakan taktik mengadu domba ayah dan ibunya. Karena itu, sebaiknya orang tua sudah mempunyai kesepakatan tentang peraturan yang harus dijalankan di rumah. Jika Anda marah, anak tak akan minta pembelaan ayah atau ibunya.

0 komentar:

Posting Komentar

Loading

 
Design by Dian Cakra Wiyatama